Friday, December 9, 2011

Kontroversi Dampak Buruk Internet: Hiperteks vs Buku Teks

Saya ingin membuka tulisan ini dengan cerita pengalaman seorang Ahli Sejarah, David Bell, ketika ia membaca ebook The Genesis of Napoleonic Propaganda, di Internet.
 “Beberapa klik, dan teks segera muncul di layar komputer saya. Saya mulai membaca, akan tetapi ketika buku tersebut tertulis dengan baik dan informatif, saya mendapati sulit bagi saya untuk berkonsentrasi. Saya berkali-kali melakukan scroll, mencari kata kunci dan menginterupsi diri saya lebih dari biasanya dibanding ketika saya mengisi ulang cangkir kopi saya, memeriksa e-mail, memeriksa berita, menata file di laci meja. Bahkan saya menyelesaikan buku itu dan merasa senang melakukannya. Akan tetapi beberapa minggu kemudian, saya sulit untuk mengingat apa yang sudah saya baca.”

Apa yang terjadi dalam diri Pak Bell ini adalah sebuah dampak internet yang mungkin sering juga dialami oleh teman-teman lain yang dimanjakan oleh kemudahan membaca hiperteks di layar komputer, juga fenomena yang akhir-akhir ini menjadi kontroversi di kalangan ilmuwan psikologi dan teknologi. Yaitu:
Internet memberikan beban kognitif kepada otak sehingga tidak dapat berpikir secara mendalam

Mengapa hal itu terjadi?

Penelitian memberikan suatu gambaran efek kognitif hiperteks yang lebih menyeluruh dan berbeda. Mengevaluasi hubungan dan mengarahkan jalur yang melaluinya, hubungan tersebut keluar, meliputi tugas pemecahan masalah yang dibutuhkan secara mental yang mana merupakan tambahan terhadap tindakan membaca itu sendiri. Hiperteks secara substansial meningkatkan beban kognitif pembaca dan memperlemah kemampuan mereka untuk memahami dan mempertahankan apa yang tengah mereka baca. Studi yang dilakukan pada tahun 1989 menunjukkan bahwa pembaca hiperteks seringkali berakhir dengan melakukan klik terhadap gangguan yang muncul “melalui halaman, bukannya membacanya secara teliti.” Eksperimen yang dilakukan pada tahun 1990 mengungkap bahwa pembaca hiperteks seringkali “tidak dapat mengingat apa yang sudah dan belum mereka baca.” Pada studi lain di tahun yang sama, penelitian terdiri dari dua kelompok orang yang menjawab pertanyaan dengan cara mencari seperangkat dokumen. Satu kelompok mencari melalui dokumen hiperteks elektronik, sedang yang satunya mencari melalui dokumen kertas tradisional. Kelompok yang menggunakan dokumen kertas kalah dibanding kelompok hiperteks dalam menyelesaikan tugas. Dalam membahas hasil ini, dan juga eksperimen lainnya, editor dari buku tentang hiperteks dan kognisi pada tahun 1996 menulis bahwa hal ini dikarenakan hiperteks “memiliki beban kognitif yang lebih besar bagi pembaca,”
Lusinan studi oleh psikolog, ahli neurobiologi, pendidik, dan perancang Web menunjukkan kesimpulan yang sama: Ketika kita online, kita memasuki lingkungan yang memicu pembacaan singkat, terburu-buru, dan pikiran yang kebingungan, serta pembelajaran superfisial. Memang dimungkinkan untuk berpikir secara mendalam ketika berselancar di Internet, seperti halnya mungkin juga untuk berpikir secara dangkal ketika membaca buku, akan tetapi itu bukan tipe pemikiran yang dipicu dan dihargai oleh teknologi tersebut.
Menjelajahi Web memerlukan bentuk kemampuan multitasking mental yang intensif. Sebagai tambahan, dalam membanjiri memori kerja kita dengan informasi, sulap tersebut memaksakan apa yang disebut para ilmuwan otak sebagai “biaya pengganti” pada kognisi kita. Tiap waktu kita mengalihkan perhatian kita, otak kita menjadi kehilangan orientasinya, hal ini membebani sumber daya mental kita. Sebagaimana yang dijelaskan Maggie Jackson dalam Distracted, bukunya yang membahas tentang multitasking, “Otak memerlukan waktu untuk mengubah tujuan, mengingat aturan yang dibutuhkan untuk tugas baru, dan menghalangi gangguan kognitif dari aktivitas sebelumnya yang masih sangat jelas.” Banyak studi menunjukkan bahwa beralih dari dua tugas dapat meningkatkan beban kognitif, menghalangi pikiran kita dan meningkatkan kecenderungan dimana kita akan keliru melihat informasi penting atau salah menginterpretasikannya.

Keberadaan hiperteks pada Internet atau situs-situs web, dengan segala tautan, iklan, dan bahkan kini banyak fasilitas jejaring sosial, secara berkelanjutan memberikan beban kognitif kepada otak dengan secara berkala 'mengganggu' otak dengan berbagai sinyal yang memang 'dirancang' untuk mengganggu otak kita.

Akibatnya:
Internet menghambat kemampuan kita untuk bisa melakukan kontemplasi dan berpikir secara mendalam sebagaimana yang biasa kita lakukan ketika membaca buku teks

Untuk membuktikan hal ini, teman-teman bisa membandingkan, membaca ebook di layar monitor dengan membaca novel di tangan... Jujurlah pada perasaan teman-teman sekalian tentang apa yang teman-teman rasakan saat itu...
Terutama bila pada saat membaca ebook, bersamaan dengan itu datang email masuk, notifikasi Facebook harus dijawab, dan Tweet dari orang yang teman-teman Follow mengabarkan update berita...
Saya menutup thread Kontroversi Dampak Buruk Internet: Hiperteks vs Buku Teks ini dengan mengutip kalimat Nicholas Carr dalam "The Shallows":
The Net grants us instant access to a library of information unprecedented in its size and scope, and it makes it easy for us to sort through that library - to find, if not exactly what we were looking for, at least something sufficient for our immediate purposes. What the Net diminishes is the ability to know, in depth, a subject for ourselves, to construct within our own minds the rich and idiosyncratic set of connections that give rise to a singular intelligence.

Terjemahan bebas dari penulis:
"Internet memberikan kita akses instan terhadap perpustakaan informasi, ukuran dan lingkup tak terbatas, dan menjadikan kita mudah dalam memilah di perpustakaan tersebut – untuk menemukan, jika bukan benar-benar yang kita cari, paling tidak sesuatu yang sesuai dengan tujuan kita. Apa yang dihilangkan oleh Internet adalah kemampuan untuk mengetahui, secara mendalam, subyek itu sendiri, untuk diri kita, untuk mengkonstruksi pikiran kita dengan seperangkat hubungan yang kaya dan bersifat istimewa yang memberikan kita suatu kecerdasan tunggal."

Saya disini juga ingin mengkampanyekan

SELAMATKAN BUKU TEKS! SUMBER INSPIRASI DAN PEMIKIRAN MENDALAM KITA!

1 comments:

Anonymous said...

Mampir sob.. n thnk atas linknya.. ohya link sobat juga dah nancep di blog ku hehe..

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews